Oleh
M Yudhie Haryono
Direktur
Eksekutif Nusantara Centre
Engkau
dan beberapa soal sepele.
Tiba-tiba
engkau suka bertanya. Tentang sesuatu yang sdh kulupa. Tepatnya, ingin kulupa.
Soal-soal sepele yang kukuasai dengan baik saat jahiliyah. Berliku dari tafsir,
hapalan, hadis, fikih, muamalah, jinayah, ntrc, mahfudzat, faraid dan falak.
Pertanyaan dan soal-soal itu sesungguhnya ecek-ecek. Ia tak berhubungan dengan
nasib ummat: yang terjajah dan miskin.
Juga
sedikit soal sejarah. Nah, kalau ini aku sedikit suka. Terlebih saat engkau
bertanya kota Andalusia. Kota yang kuingin menggendongmu saat bulan madu. Maka
kujawab, "jangan mengaku muslim sebelum menidurinya. Krn tak sempurna
sebelum ke kota Andalusia." Kota ini terkenal karena warisan peradaban
besar Islam dan warisan arsitektur Moor-nya.
Monumen-monumen
terkenal di Andalusia antara lain adalah Alhambra di Granada, Mezquita di
Córdoba dan menara Torre del Oro dan Giralda di Sevilla dan Reales Alcázares di
Sevilla. Sisa-sisa penggalian arkeologis termasuk Medina Azahara, dekat Córdoba
dan Itálica, dekat Sevilla.
Hampir
8 abad, kaum muslim menjajah Spanyol. Karenanya, Andalusia dan Spanyol menjadi
tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban Islam, baik dalam bentuk
hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan peradaban antarnegara.
Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan
Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa, terutama dalam bidang pemikiran
dan sains di samping bangunan fisik.
Berawal
dari gerakan Averroeisme (Ibnu Rusd) di Eropa kemudian lahir reformasi pada
abad ke-16 M dan rasionalisme pada abad ke-17 M. Pengaruh ilmu pengetahuan
Islam atas Eropa yang sudah berlangsung sejak abad ke-12 M itu menimbulkan
gerakan kebangkitan kembali (renaissance) pusaka Yunani di Eropa pada abad
ke-14 M.
Kaum
muslim akhirnya terusir dari negeri Spanyol, tetapi ia telah membidani
gerakan-gerakan penting di Eropa. Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali
kebudayaan Yunani klasik (renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di
Italia, gerakan reformasi pada abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M,
dan pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18 M.
Ah...
kamu gak konsen kalau kujelaskan hal-hal beginian. Tentang bengis dan bagusnya
Islam.
Maka,
padamu yang tersesat, ret-ret di gurun pasir, menyembah batu dan naik onta,
kuadukan soal perasaan; tentang ia yang tak pernah tiba; tentang ia yang
merindu palsu; tentang ia yang tak pernah jumpa; tentang ia yang menangis
pura-pura. Ia yang mati sebelum hidup; ia yang hidup untuk mati. Ia yang tahu
dan berucap doa: akulah obatmu dan engkaulah penyakitku.(*)
Post A Comment:
0 comments: