![]() |
Clara Vincent bersama model yang ia rias dengan rias ala Minangkabau. |
Tidak terlalu primitif, namun pakem
justru menjadi salah satu kekayaan lokal atau biasa disebut “local wisdom” atau
kaerifan lokal yang tatanan nilai dan karakternya berbeda tiap daerah, bahkan
tiap negara. Hal itulah yang dijadikan prinsip Clara Vincent dalam
mengembangkan jasa Make Up Artis (MUA) dengan menahkodai Clara Vincent Make Up.
“Selain untuk mempertahankan kebudayaan
negara kita sendiri kita juga bisa memperkenalkan kebudayaan bangsa kita ke
negara lain, khususya Hongkong karena saat ini saya juga masih ada di Hongkong,”
ujar Clara Vincent kepada Koranpati.com, Jumat (11/11/2016).
Pemilik Clara Vincent Make Up ini
menandaskan, bahwa ia tidak hanya mempromosikan rias khas Jawa, baik itu Jawa
Tengah, Jawa Timur maupun Jawa Barat, akan tetapi ia juga mempromosikan rias
Minang atau Minangkabau di Negeri Beton tersebut.
Lestarikan Pakem
Sementara itu, dalam menjalankan
konsep tata rias kepada klien atau model yang ia rias, ia pun mengatakan masih
memegang pakem yang masih dipercaya sebagian orang. Meskipun zaman sudah modern
dan Clara tinggal di negeri Hongkong yang skala berpikir dan berkehidupannya
modern, namun pakem tetaplah pakem yang harus dilestarikan sebagai salah satu
khazanah budaya Indonesia. Hal itulah yang ia lestarikan saat merias atau
mengonsep dandanan kepada para klien atau modelnya.
“Terutama untuk riasan adat daerah,
kita harus benar-benar menggunakan pakem yang telah ada yang telah diwariskan oleh
para leluhur bangsa kita. Entah itu riasan adat Jawa, Sunda, Minangkabau dan
lainnya,” ujar dia.
Meskipun sekarang telah banyak dari
para MUA yang telah memodivikasi riasan dari daerah setempat, kata dia, tapi
adat pakem tetap saja tidak mereka tinggalkan.
Secara historis, pakem merupakan
sebuah aturan, nilai-nilai, atau sebuah tatanan yang menjadi piranti budaya
tertentu yang tidak boleh dikaburkan atau dibiaskan bahkan ditinggalkan. Termasuk
dalam tata rias dan pakaian adat, karena hal itu juga menjadi salah satu
kekayaan leluhur yang harus dilestarikan. Sebab, tiap padanan rias, antara
baju, celana, asesoris harus memperhatikan aspek estetika yang itu tidak
terlalu melanggar tatanan atau pakem bakunya.
Demikian juga dengan rias Minang
yang dikembangkan Clara. Ia mengakui, bahwa secara pribadi sangat senang dengan
pakaian dan rias adat asli Indonesia. “Saya pribadi sebagai pelaku MUA sangat bangga
dan senang banget bisa merias riasan adat daerah, terutama adat daerah yang ada
di Indonesia yang kaya dengan berbagai macam kultur budayanya,” tandas dia.
Ia mengatakan, meski masih di
Hongkong, akan tetapi siap melayani segala bentuk jasa tata rias manten, party,
dan juga wisuda serta kegiatan budaya lainnya, baik di Hongkong sendiri maupun
di Indonesia.
Ia pun berharap, melalui “nguri-nguri”
adat khas Indonesia, mampu menumbungkan spirit nasionalisme yang kini kian
luntur. Meskipun ia hidup di Hongkong, namun hati dan jiwa tetaplah di
Indonesia. Hal itulah yang menjadi salah satu spiritnya dalam menjalankan jasa
MUA di Hongkong. (red-KP99/Foto: CV).
Post A Comment:
0 comments: