Koranpati.com – Studium Generale STAINU
Temanggung tahun ini mengangkat tema “Penguatan STAINU Berwawasan Riset Islam Nusantara
dalam Menjawab Tantangan Era Revolusi Industri 4.0” oleh pemateri Muhammad
Aziz
Hakim Kepala Seksi Pengabdian kepada Masyarakat Sub Direktorat Penelitian dan
Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat pendidikan Tinggi Keagamaan Islam Direktorat
Jendral Kementrian Agama RI, Sabtu, 8 September 2018 pukul 14.00 WIB, di Aula STAINU
Temanggung.
Sebelum materi utama, Hamidulloh Ibda penanggungjawab
acara menyampaikan sambutannya. “Revolusi Industri 4.0 ini sebuah keniscayaan.
Kita sekarang berada di zaman siber, antara ada dan tiada beda tipis. Maka
STAINU sebagai kampus yang memiliki tugas Tri Darma Peguruan tinggi harus jelas
perannya,” beber dia.
Dr. Baedhowi, M.Ag Pembantu Ketua I STAINU Temanggung
mengatakan keniscayaan penelitian sangat dibutuhkan di era perkembangan digital
seperti ini. Doktor lulusan UIN Sunan Kalijaga ini berharap, acara ini membuka
wawasan bagi dosen dan mahasiswa dalam riset berwawasan Islam Nusantara.
Di acara ini dihadiri sekitar 300 lebih peserta khususnya
mahasiswa STAINU. Dalam masalah ini Aziz Hakim memotivasi mahasiswa STAINU
Temanggung agar menghilangkan inverior (minder). “Lahirkan rasa PD dan
berani eksis dari setiap masalah,” tegas Aziz yang juga
mantan Pengurus PB PMII tersebut.
Segala kebijakan kampus ini, kata dia, harus
berwawasan riset. “Pengajaran berbasis riset berdasrakan pengajaran masyarakat. Kemudian
bicara tentang Islam Nusantara, Islam Nusantara variatif bisa dikatakan
dua
macam kubu yaitu kanan dan kiri,” beber dia yang didampingi Dr.
Baedhowi, M.Ag Pembantu Ketua I Bidang Akademik STAINU Temanggung dan Nashih
Muhammad, MH moderator.
Kita sebagai Islam moderat, kata dia, berada di tengah
tidak, ya tidak tekstual dan tidak liberal yang siap
terbentur-bentur antara mainstream kanan dan kiri.
“Islam Nusantara versi Rais Am PBNU itu intinya tawazun, tawasut, tasamuh dan
i'tidal sebaga bekal kita pada aspek fikrah, akidah,
amaliyah dan harakan,” lanjut Wakil Sekjen Pengurus Pusat GP Ansor tersebut.
Orang di tengah, kata Aziz, harus mengetahui secara teks dan
konteks, semua itu berdasarkan pendalaman argumentasi yang jela. “Menjaga tradisi daerah dan mengembangkan
inovasi di kancah masyarakat harus ditegakkan,” beber dia.
Aziz Hakim mengajak Mahasiswa STAINU Temanggung bisa memunggungi gajah
bernama Revolusi Industri 4.0.
“Kita harus bisa menjadi pelopor dan
memimpin Islam Nusatara dengan mengisi di wilayah kosong dengan wawasan kompetensi
kita keagamaan,” kata dia.
Pesan terakhir di acara itu Aziz
mengajak untuk saling bersinergi. "Kita mlaku bareng, kewajiban yang
sama mengamankan gagasan, ide, dan pemahaman fikih dan
pemahan aqidah yang kita kuatakan, yaitu Islam Nusantara yang Rahmatanlil'alamin, tawazun, tasamuh, tawasut dan
i'tidal,” ujar dia. (Kp33/Ulin Nuha).
Post A Comment:
0 comments: