Oleh Bernadete Valencia Christianto
Mahasiswa
Fakultas Bioteknologi, Universitas
Kristen Duta Wacana Yogyakarta
Berdasarkan
Hasil EPT pada tahun 2002, kabupaten yang memiliki luas 150.368 km², memiliki
banyak sekali persawahan, perkebunan dan perikanan. Kabupaten ini terkenal
dengan julukan BUMI MINA TANI. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Pati Nomor : 3 Tahun 1993 Tentang Semboyan Daerah Kabupaten Daerah
Tingkat II Pati Semboyan BUMI MINA TANI merupakan kependekan dari B : Berdaya,
U : Upaya, M : Menuju, I : Identitas Pati, M : Makmur, I : Ideal, N : Normatif,
A : Adil, T : Tertib, A : Aman, N : Nyaman, I : Indah. Semboyan tersebut dibuat
berdasarkan secara geografis kabupaten ini memiliki banyak dataran rendah dan
dataran tinggi yang berfungsi sebagai pertanian dan perikanan.
Kabupaten ini
memiliki banyak kekayaan biodiversitas salah satunya adalah Ceiba Pentandra. Ceiba pentandra merupakan flora yang sangat mendominasi kabupaten
ini sejak tahun 1930-an sehingga dikenal dengan sebutan Java Kapuk, hal ini
dikarenakan Kabupaten Pati sangat terkenal dengan salah satu penghasil Ceiba pentandra utama di Indonesia dan
pernah menguasi pasaran dunia dengan hasil sebesar 22.600 ton/tahun dan pada
tahun 2004 jumlah luasan tanaman kapuk mencapai 17.870 hektar. Populasi Ceiba pentandra banyak dijumpai di
daerah Desa Karaban, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati. Desa Karaban ini
berlokasi dibagian selatan Kota Pati. Ceiba pentandra memiliki banyak manfaat
terkhususnya dibidang industri tetapi untuk saat ini pemanfaatan Ceiba pentandra belum dilakukan secara
optimal dan masih banyak potensi yang belum dikembangkan
misalnya dalam pengelolahan, ekperimen dan eksplorasi pada tanaman Ceiba pentandra.
Ceiba pentandra merupakan
tanaman yang mampu hidup dan berproduki di daerah dataran rendah maupun dataran
tinggi serta dapat dikembangkan pada lahan yang kurang sumber air. Pada saat
musim hujan pertumbuhan Ceiba pentandra
akan bertumbuh dengan baik, karena Ceiba
pentandra pada saat masa pertumbuhan memerlukan kondisi alam yang memiliki
cukup banyak air. Sedangkan pada saat musim kering adalah masa dimana
pembungaan dan pembuahan pada Ceiba pentandra.
Oleh
karena itu tanaman ini hanya dapat hidup dan bertahan didaerah tertentu seperti
di Kabupaten Pati. Hal ini dikarenakan Kabupaten Pati merupakan
kota yang beriklim tropis. Ceiba
pentandra merupakan pohon tropis yang tergolong famili Malvaceae. Tanaman
ini dapat tumbuh sekitar 60-70 meter dan memiliki batang yang cukup besar
dengan diameter sekitar 3 meter. Ceiba
pentandra memiliki buah yang bentuknya memanjang dengan panjang 7,5-15 cm,
menggantung, berkulit keras dan berwarna hijau jika masih muda serta berwarna
coklat jika sudah tua. Dalam buahnya terdapat biji bulat, kecil-kecil dan
berwarna hitam yang dikelilingi bulu-bulu halus, serat kekuning-kuningan yang
merupakan campuran dari lignin dan sellulosa. Daun nya berbentuk majemuk dengan
5-9 tangkai panjang, helai daunya berbentuk lanset atau memanjang namun tidak
berbulu. Panjang helai randu bisa mencapai 5-16 cm. Daun Ceiba pentandra berbau lemah, terasa pahit, dan kelat. Hal ini
disebabkan karena daun Ceiba pentandra
mengandung Hidrat Arang, zat penyamak dan damar sehingga terasa pahit.
Ceiba pentandra merupakan
tanaman yang bereproduki secara bisexual yang artinya setiap bunga dari
masing-masing individu memiliki struktur laki-laki dan perempuan. Penyerbukan
pada Ceiba pentandra dilakukan dengan
bantuan berbagai macam serangga misal nya lebah, ketika lebah terbang berpindah
dari bunga ke bunga, mereka memindahkan serbuk sari ke bulu mereka, sehingga
memudahkan penyerbukan pada Ceiba
pentandra. Ceiba pentandra
melakukan pekerjaan luar biasa dalam menyebarkan bijinya, yang dapat
menghasilkan antara 500 hingga 4.000 buah pada satu waktu, dengan setiap buah
mengandung 200 biji. Ketika buah ini pecah terbuka, serat sutra menyebarkan
banyak biji di seluruh hutan.
Produksi
kapuk memberikan kontribusi yang besar terhadap ekspor kapuk Indonesia ke luar
negeri. Namun demikian dalam beberapa tahun terakhir luas lahan Ceiba pentandra terus menurun setiap
tahunnya. Pada tahun 1998 luas lahan Ceiba
pentandra sebesar 18.041,40 ha, tahun 1999 sebesar 17.954,55 ha, tahun 2000
sebesar 17.955 ha, tahun 2001 sebesar 17.858,50 ha, tahun 2002 sebesar 16812 ha
dan pada tahun 2007 semakin menurun menjadi 16.484 ha hingga pada tahun
2010 luasan pohon Ceiba pentandra
kembali turun hingga hanya 16.330 ha. Walaupun sebagai penghasil Ceiba pentandra terbesar di Jawa Tengah
namun luas lahan Ceiba pentandra di
Kabupaten Pati setiap tahunnya terus menurun sehingga mengakibatkan produksi Ceiba pentandra menurun.
Menurut
Santoso, pengusaha kapuk asal Desa Karaban, Kabupaten Pati, bahwa salah
satu penyebab menurunnya produksi adalah banyaknya pohon kapuk yang ditebang dan
digunakan sebagai bahan bangunan. Bahkan, disepanjang jalan dulu banyak
dipenuhi tanaman Ceiba
pentandra yang menghasilkan kapuk, seperti di Trungkal, Tayu, atau Bangsri,
namun kini banyak tanaman tersebut yang ditebang untuk dibuat papan
perlengkapan pengecoran.
Seiring
dengan menurunya populasi Ceiba pentandra, tak adanya dukungan sarana
dan teknologi memadai, serta minimnya permodalan menyebabkan budidaya pun terus
menurun.
Akibatnya
kualitas dan produksi kapuk pun menurun drastis. Di
bidang kehutanan dan perkebunan, tanaman Ceiba
pentandra memiliki nilai ekonomi yang sangat rendah. Banyak tanaman Ceiba pentandra yang diabaikan begitu
saja tanpa diperhatikan kelestarian dan keberlanjutannya. Nilai ekonomis dari tanaman
Ceiba pentandra dianggap oleh
masyarakat bernilai rendah dan semakin tahun semakin menurun. Hanya bagian kayu
dan kapuknya saja diketahui dapat dimanfaatkan sedangkan potensi lainnya dari
tanaman tersebut masih sangat minim diketahui oleh masyarakat misalnya buahnya,
daunya, batangnya, kulit batangnya, biji maupun bungkilnya.
Buah randu atau serabut kapuk biasanya dimanfaatkan secara tradisional
untuk isi bantal atau kasur dan dimanfaatkan juga sebagai pembalut luka,
peredam suara dan pembuata benang. Selain buahnya, daun Ceiba pentandra dapat digunakan untuk
mengobati batuk dan diare. Sari daun yang masih muda dipergunakan untuk
membantu pertumbuhan rambut. Selain untuk kosmetika, daunnya digunakan untuk
obat disentri, kompres mata jika lelah atau panas, obat asma, obat pelarut
lendir dan peradangan rektum. Daun mudanya dapat dicampur dengan minyak kelapa
sawit untuk mengobati gangguan hati. Pada bidang veteriner, ramuan daunnya
digunakan untuk mengobati trypanosomiasis (Elumalai dkk., 2012).
Ekstrak metanol daun randu memiliki aktivitas angiogenesis yang tinggi
(Nguyen-Hai Nam., 2001), sedangkan ekstrak etanol pada daun mengandung zat
bioaktif seperti gula pereduksi, saponin, poliuronoid, polifenol, tanin, dan
plobatani (Asare
dan Oseni, 2012).
Efek hypoglycaemic dan hypolipidaemic yang dimiliki oleh daun randu dapat
menjadi acuan bahwa daun tanaman Ceiba
pentandra berperan penting untuk pengobatan penyakit diabetes dan komplikasinya
seperti penyakit jantung koroner (Aloke dkk., 2011). Batang atau pohon tanaman
kapuk juga dapat dijadikan bahan pembuatan bangunan dan dapat digunakan sebagai
bahan baku pembuatan kertas. Selain itu ekstrak etanol pada kulit batang
tanaman Ceiba pentandra mengandung
zat bioaktif seperti gula pereduksi, pada ekstrak etil asetat pada kulit batang
memiliki aktivitas hepatoprotective melawan hepatotoxicity yang diinduksi oleh
parasetamol pada mencit (Bairwa et al.,2011:26), sedangkan pada ekstrak
metanolnya memiliki aktivitas anti diare karena terkandung saponin, flavonoid,
tanin, terpenoid, resin, karbohidrat, antrakuinon, dan steroid (Sule et
al.,2009:143). Bukan hanya itu saja biji Ceiba
pentandra dapat dimanfaatkan pada industri minyak goreng, hal ini
dikarenakan biji Ceiba pentandra
banyak mengandung minyak, dan minyak biji Ceiba
pentandra ini dapat digunakan untuk bahan pembuatan sabun dan bahan
membatik. Sedangkan bungkilnya dapat dimanfaatkan untuk makanan ternak atau
pupuk organik.
Pemanfaatan potensi Ceiba pentandra
dengan semaksimal mungkin dapat memberikan alternatif ketersediaan bahan baku
obat herbal di bidang farmasi, menggali dan meningkatkan potensi lain dari
mikroba endofitik yang terkandung pada tanaman Ceiba pentandra bagi perkembangan IPTEK, dan dapat melestarikan
tanaman Ceiba pentandra, serta mendorong
masyarakat untuk lebih meningkatkan usaha budidaya tanaman Ceiba pentandra. Sehingga Ceiba
pentandra yang saat ini sudah berstatus endangered
species (data IUCN) dapat dicegah akan kepunahannya. Salah satu langkah
untuk mengangkat nilai tanaman Ceiba
pentandra tersebut tentu dengan mengeksplorasi dan mengetahui manfaat lain
dari tanaman tersebut atau adanya nilai tambah yang menguntungkan.
Referensi
Aloke C, Nwachukwu N, Idenyi JN, Ugwuja EI, Nwachi EU, Edeogu CO, &
Ogah O. “Hypoglycaemic and Hypolipidaemic Effects of Feed Formulated with Ceiba
pentandra leaves in Alloxan Induceddiabetic Rats”. Australian J Basic Appl Sci
4(9). 2011.
Bairwa NK, Sethiya K, & Mishra SH. “Protective Effect of Stem Bark of
Ceiba pentandra Linn. Against Paracetamol-induced hepatotoxicity in rats”.
Phcog Res 2. 2011.
Elumalai A, Mathangi Nikhitha, Didala Adarsh, Kasarla Raju, & Venkatesh
Yetcharla”.A review on Ceiba pentandra and its Medicinal Features”. Asian J
Pharm Tech 2(3). 2012.
Nguyen-Hai N, Hwan-Mook K, Ki-Hwan B, & Byung-Zun A. “Inhibitory
effects of Vietnamese Medicinal Plants on Tubelike Formation of Human Umbilical
Venous Cells”. Phytotherapy Research 7(2). 2001.
Sule MI, Njinga NS, Musa AM, Magaji MG, & Abdullahi. “Phytochemical and
Antidiarrhoeal Studies of the Stem Bark of Ceiba pentandra (Bombacaceae)”.Nigerian
J Pharm Sci 8(1). 2009.
Post A Comment:
0 comments: