![]() |
Ilustrasi bobo |
Oleh Bernadete
Valencia Christianto
Mahasiswa Fakultas Bioteknologi Universitas
Kristen Duta Wacana Yogyakarta
Pendahuluan
Kukang Jawa merupakan hewan endemic dan satwa
nocturnal yang hanya berasal di Pulau Jawa yang termasuk kedalam Ordo Primata,
Famili Lorisidae, Genus Nycticebus. Kukang jawa saat ini memiliki status pada
kategori Critically Endangered yang menurut IUCN hal ini dikarenakan jumlahnya
yang semakin menurun.
Selain itu, keberadaan kukang jawa terancam kepunahan
dan banyak kukang jawa hilang yang disebabkan tingginya tingkat perdagangan di
pasar hewan secara illegal. Padahal kukang jawa merupakan spesies yang
dilindungi dan dilarang untuk diperjualbelikan. Kukang jawa merupakan hewan
mamalia yang memiliki ciri-ciri fisik yaitu terdapat garis sepanjang punggung
dan ekornya yang pendek dan hampir tidak terlihat, telapak tangan dan kaki
tidak berambut, memiliki dua mata yang besar dan bulat menghadap kedepan dengan
posisi yang berdekatan yang menunjukan bahwa kukang merupakan jenis satwa
nocturnal, memiliki daun telinga kecil yang tertutupi oleh rambut, dan memiliki
badan yang kecil.
Sifat dan Perilaku Kukang Jawa
Kukang Jawa dikenal dengan sebutan pukang, malu-malu,
lori atau muka geni. Satwa ini memiliki sifat nocturnal yang aktif di malam
hari dan tidur di siang hari, arboreal yang tinggal di pohon dan jarang turun
ke tanah, dan soliter yang hidup sendiri, kecuali saat mengasuh anak atau
mencari pasangan. Habitat Kukang Jawa di alam adalah di hutan sekunder dan
leuweung/hutan rakyat/talun, atau bambu. Kukang Jawa menyukai serangga, reptile
kecil, buah-buahan, getah pohon, dan nira (sadapan aren) sebagai makanannya.
Perilaku Kukang Jawa dapat dibedakan menjadi feed and
forage yaitu makan dan mencari makan, rest and sleep yaitu istirahat dan tidur,
travel yaitu berkeliling, alert and freeze yaitu melihat lingkungan sekitar dan
diam, groom yaitu membersihkan diri, dan social activity yaitu aktivitas
sosial. Kukang jawa memiliki kemampuan forgaing strategy yang berfungsi untuk
memaksimalkan cost and benefit. Hal ini dilakukan sebagai bentuk adaptasi
terhadap habitatnya dengan cara mengingat area mana yang memiliki sumber daya
optimal menurut mereka.
Kemampuan ini sangat membutuhkan
memori dan ingatan yang baik, karena berbagai ingatan yang direkam misalnya
letak pohon yang memiliki buah yang diinginkan, rute terpendek untuk menuju
pohon pakan, dll. Sehingga dengan adanya kemampuan ini,
kukang jawa dapat meminimalisir usaha dalam mencari makan. Selain itu, kukang
jawa juga dapat membagi jam bangunnya atau sering disebut time budget merupakan
salah satu cara kemampuan kukang jawa dalam beradaptasi dengan ekologinya.
Faktor-faktor Yang Mengancam Kepunahan
Penebangan pohon yang dilakukan dengan tujuan
pertanian yang mengarah ke deforestasi skala besar dan adanya perburuan liar
untuk diperjual belikan, sehingga menyebabkan Kukang Jawa mengalami penuruan
dan berstatus terancam punah. Padahal kukang jawa merupakan stawa liar yang
dilindungi, tapi banyak masyarakat yang tidak memperdulikan hal tersebut. Selain
itu, banyak sekali masyarakat yang melakukan perburuan liar untuk dikirimkan ke
luar negeri terutama di negara China, bahkan ada juga yang disiksa dengan cara
mencabut atau memotong gigi-gigi pada kukang jawa sebelum dijualbelikan.
Melihat tindakan tersebut dapat
menyebabkan kukang jawa banyak yang mengalami kematian, hal ini dikarenakan
dengan dicabutnya gigi atau memotongnya membuat kukang jawa kesulitan untuk
makan dan mengalami kukang jawa dapat menjadi stress.
Menurut data dari IUCN Red List populasi kukang jawa
semakin tahun ke tahun menurun dan spesies ini telah tercatat kepadatan sangat
rendah (0,02-0,20 / km) (Nekaris et al. 2008 dalam IUCN Red List). Beberapa
survei di blok hutan besar mengungkapkan sedikit atau tidak ada kukang (Ujung
Kulon, Halimun-Salak, Gede Pangrango, Masigit Kareumbi, Slamet, Dieng).
Beberapa populasi terisolasi kecil bertahan di kebun dan lahan pertanian di
mana mereka berada pada risiko tinggi dari berburu dan mudah rebus untuk
perdagangan hewan peliharaan; penurunan populasi parah di habitat ini telah
didokumentasikan (Wirdateti et al. 2004,
2011 dalam IUCN Red List).
Nilai Ekologi
Kukang jawa merupakan primate endemic pulau jawa yang
memiliki sebaran geografis lebih kecil. Secara geografis kukang jawa secara
umum hanya diketahui terpusat di Pulau Jawa bagian Barat dan Tengah. Kukang
Jawa lebih memilih habitat seperti hutan karena hutan merupakan tempat yang
sempurna untuk mendapatkan makanan dan tempat tinggal. Selain itu, Kukang Jawa
berpindah ke satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan cabang antar pohon,
sehingga semakin tinggi kerapatan vegetasi maka konektivitas untuk Kukang Jawa
semakin tinggi.
Kukang jawa juga berperan penting dalam rantai ekosistem
lingkungan, membantu dalam menebar benih, membantu proses penyerbukan bunga dan
pengontrol serangga di hutan. Hal ini dilakukan dengan cara ketika kukang jawa
memakan buah berbiji dan ketika kukang mengeluarkan feses secara tidak langsung
kukang jawa berperan sebagai penebar benih. Selain itu, kukang jawa juga
membantu dalam pembasmi hama, karena kukang jawa selain memakan buah juga
memakan serangga. Sehingga dengan adanya kukang jawa di rantai ekosistem
lingkungan di hutan dapat memperbanyak tumbuhan bersemi sekaligus juga dapat
membantu satwa lain untuk tumbuh kembang.
Simpulan dan Rekomendasi
Kukang Jawa merupakan satwa endemic di Pulau Jawa yang
mengalami status terancam puncah akibat ulah manusia. Banyak manusia yang tidak
bertanggung jawab dan melakukan perusakan lingkungan habitat, deforestasi
maupun perburuan liar terhadap kukang jawa untuk diperjualbelikan dan melakukan
penyiksaan terhadap kukang jawa. Padahal kukang jawa merupakan satwa liar yang
dilindungi oleh Undang-undang Agar kukang jawa tetap terjaga dan tidak
mengalami kepunahan sebaiknya masyarakat tidak memelihara dan tidak
memperjualbelikan, tidak membunuh, memburu, ataupun menangkapnya, tidak merusak
habitatnya, melaporkan pelanggaran kepada Badan Konservasi Sumber Daya Alam
(BKSDA) terdekat atau organisasi/lembaga perlindungan satwa, serta mendukung
dan atau aktif dalam upaya pelestarian Kukang Jawa dan pelestarian alam dan
lingkungan.
Selain itu, memberikan edukasi atau
penyuluhan terhadap masyarakat bahwa kukang jawa merupakan hewan yang harus di
jaga kelestariannya dan keberadaannya karena dengan memberikan penyuluhan
terhadap masyarakat dapat memberikan kesadaran kepada masyarakat bahwa dengan
adanya keberadaan kukang jawa di Pulau Jawa memberikan nilai ekologi bahwa di
Pulau Jawa memiliki hewan endemic yang unik.
Referensi
Fauzi, Endah Septi., Luthfiralda Sjahfirdi., Marie
Sigaud., K. A. I. Nekaris. 2016. Preferensi
Habitat dan Perilaku Makan Kukang Jawa (Nycticebus javanicus, E. Geoffroy,
1812) di Talun Desa Cipaganti, Garut, Jawa Barat. Universitas Indonesia.
Ardian, Faisal. 2018. Karakteristik Struktur Ekologi
Bentanglahan untuk Kesesuaian Habitat Kukang Jawa (Nycticebus Javanicus) di
Kabupaten Temanggung, Jurnal Bumi
Indonesia, Volume 1 , Nomor 1. Universitas Gadjah Mada.
Sodik, Mahfut., Satyawan Pudywatmoko., Pujo Semedi
Hargo Yuwono., Muhammad Ali Imron. 2019. Okupansi Kukang Jawa (Nycticebus
javanicus E. Geoffroy 1812) di Hutan Tropis Dataran Rendah di Kemuning, Bejen,
Temanggung, Jawa Tengah, Jurnal Ilmu
Kehutanan, Volume 13, Hal. 15-27. Universitas Gadjah Mada.
Romdhoni, Helmi., Ratna Komala., Marie Sigaud., K. A.
I. Nekaris., Agung Sedayu. 2018. Studi Pakan Kukang Jawa (Nycticebus javanicus
Goeffroy, 1812) Di Talun Desa Cipaganti, Garut, Jawa Barat, AL-KAUNIYAH: Journal of Biology, 11(1).
UIN Jakarta.
Post A Comment:
0 comments: